Solo Backpacker ke Jepang – Imperial Palace, Shibuya, Harajuku, Shinjuku (Hari 2)


Haneda


Setelah tertidur beberapa jam di bandara Haneda (Tokyo hari-1) saya memaksa diri untuk melek sekitar jam 4 karena planningnya mau keluar dari bandara jam 6 pagi. Namun apa daya planning tinggal planning. Terlalu asik keliling di bandra akhirnya baru keluar bandara sekitar jam 7an. Setelah cuci muka dan beresin barang saya mulai mengelilingi bandara haneda.
Tujuan utama saya ingin melihat Edo Koji di lantai 4 yang menjadi salah satu spot terkenal di Haneda selain Observatoy Deck. Edo Koji ini sebenarnya adalah toko-toko kecil yang menjual berbagai makanan, souvenir dan barang-barang lain. Tapi yang membuatnya unik karena bangunannya didesain dengan tema tradisional seperti bangun khas Jepang dari kayu dan diberi lampion khas Jepang sehingga memperkuat suasana khas pedesaan Jepang. Waktu saya keliling  kebanyakan toko masih tutup  mungkin karena masih jam 4 pagi.
Miniatur bridge di lantai 4 Haneda
Edo Koji
Dari lantai 4 saya terus berjalan menuju ke lantai 5 untuk melihat Observatory Deck, petunjuk di gedung ini sangat jelas jadi tidak perlu takut tersesat. Sempat melewati lorong yang memajang miniatur pesawat dari berbagai negara termasuk Garuda Indonesia. Disudut lorong ini terdapat Flight Simulator yang bisa dicoba. Belok kanan ada tulisan Tokyo Pop Town mungkin karena gedung ini dihiasi berbagai macam lampu kerlap-kerlip makanya diberi tema seperti itu. Disini saya melewati bunderan dan melihat beberapa orang juga tidur disini. Gak mau mengganggu tidur mereka saya jalan terus sampai di pintu otomatis dengan papan petunjuk tulisan “Observatory Desk”. Waktu pintunya kebuka udara dingin langsung menyergap badan. Brrrrr ini baru beneran udara Tokyo. Dari kemarin pas menginjakkan kaki di Haneda agak heran karena tak merasakan dingin sama sekali, ternyata karena di dalam gedung penghangat ruangan selalu on. Buru-buru ngcek hape ternyata masih sekitar 15 derajat saja. Awal-awal keluar masih lumayan tahan dengan dinginnya, bahkan masih sempat mengambil beberapa video. Tapi gak sampe 10 menit saya sudah mulai menggigil dan tangan terasa keram, buru-buru saya langsung masuk ke dalam gedung kembali. 
Tokyo Pop Town
Spot tempat tidur di lantai 4
Observatory Deck
View dari Observatory Deck
Sebenarnya masih pengen keliling karena beberapa tempat belum saya datangi tapi ingat jadwal hari ini agak padat jadi kudu buru-buru ninggalin Haneda. Saya turun ke lantai 2 lagi, setelah clingak-clinguk nyari tepat beli Subway Pass ternyata tempatnya tepat di sebelah informasi. Sengaja pilih beli Subway Pass untuk berhemat dan masih bingung apa harus beli Tokyo Wide Pass atau nggak. Tokyo Subway ini adalah jaringan dari kereta bawah tanah dan ada 3 pilihan: 24-hour (adult: 800 yen, child: 400 yen); 48-hour (adult: 1.200 yen, child 600 yen); 72-hour (adult: 1.500 yen, child: 750 yen). Hasil menjelajah blog dengan beli Tiket Subway saya bisa mengelilingi hampir semua tempat popular di Tokyo  dengan lebih hemat. Dan memang benar setelah mengalami sendiri, Tiket Subway ini must have kalo ke Jepang. Dengan harga segitu kita bisa keliling Tokyo dengan Subway  sepuasnya. Meskipun saya agak salah strategi sih karena antara itinerary dan penggunaan subway kurang matching. Karena itu saran buat teman-teman sebelum memutuskan jenis tiket pass yang akan dibeli, sebaiknya fix-kan itinerary sehingga benar-benar bisa memaksimalkan tiket tersebut.
Salah satu mesin tiket di Haneda
Karena pertama kali ke Jepang dan masih kago sama mesin-mesin tiket yang kebanyakan pakai bahasa kanji jadinya saya minta bantuan sama petugas yang ada disana. Sebelumnya  saya sudah cek di Hyperdia tapi karena saya tipe orang yang kudu make sure sesuatu berkali-kali jadi saya tanya lagi ke petugas caranya ke daerah Ueno di Stasiun Mikawashima sambil menunjukkan hyperdia. Oleh petugas saya dibantu mulai dari cara memilih tiket, masukan duit sampe arah dan gate tempat saya menemukan train tersebut. Setelah memasukkan uang sebanyak 630 yen, sepotong kartu kecil keluar dari mesin itu. Sama petugas saya diwarning jangan sampai lupa ngambil lagi pas masuk gate dan jangan sampai hilang. Karena kalo hilang kudu bayar lagi dengan harga yang sama.

Dari Haneda saya naik Keikyu  Airport ke Shinagawa lalu transit dan pindah kereta ke JR menuju ke Nippori lalu transit lagi pindah kereta menuju ke Mikawashima. Wew bisa bayangin kan betapa ribet dan memusingkannya transportasi di Jepang. Apalagi pas transit di stasiun besar berasa kayak anak hilang. Semua orang bergerak dengan cepat sementara saya masih bingung memutuskan harus jalan kemana. Itu kenapa kita kudu instal beberapa aplikasi yang bisa membantu kita mengerti transportasi di Jepang. Selain mengandalkan aplikasi, saya juga lebih suka bertanya kepada warga dan petugas di sana karena mereka sangat ramah dan suka nolong. No wonder kenapa banyak turis yang suka ke Jepang.
Selfie bersama Mary



Sampai di Mikawashima saya menarik nafas lega dan bangga dengan diri sendiri karena bisa sampai tujuan dengan selamat dan tanpa tersesat. Keluar dari stasiun tinggal jalan 1 menitan menuju hostel. Karena belum bisa check-in jadi saya hanya menitipkan koper lalu keluar bersama Mary. Oh iya Mary ini teman baru dari Kanada yang kenalnya dari couchsurfing. Dia sudah sering backpacker ke berbagai negara dan Jepang negara ke 37-nya. Lucky me bisa ketemu dan kenal dia. Ada banyak cerita yang dia share dari pengalamannya selama traveling dan saya bisa belajar banyak dari dia juga. Setelah dia selesai kita langsung keluar, tapi sebelumnya kita mampir di 7eleven untuk beli onigiri dan langsung menuju ke stasiun. Karena Mary tidak beli Tiket Subway dan saya juga belum searching cara ke Imperial Palace, jadinya saya ikut dia beli tiket JR untuk sehari sehrga 76o yen (saya baru tahu kalo ada tiket JR buat sehari).

Tokyo Imperial Palace
Tokyo Imperial Palace ini adalah istana bekas Edo Castle tempat kediaman kaisar Jepang. Cukup turun di Stasiun Tokyo dan berjalan keluar mengikuti penunjuk arah menuju ke Imperial Palace. Tempat ini ternyata sangat luas, sayangnya gak bisa masuk East Garden of Imperial Palace karena hari Senin, Jumat dan hari libur ternyata tutup untuk umum. Tapi dari luar pun juga bagus kok jadi gak rugi-rugi amat. Ada Jembatan Nijubashi yang sangat terkenal karena bentuknya yang artistik sehingga sering dijadikan spot untuk foto. Kalo datang kesini sebaiknya daftar tour di Imperial Household Agency.
Tokyo Station
Tokyo Station
Setelah dari Jembatan Nijubashi kami lalu berjalan menuju ke Sakuradamo Gate. Keluar dari gerbang ini kami langsung berjalan mengelilingi kompleks ini, dan ternyata juauhh banget sampe mati rasa kakinya. Tapi tenang karena sepanjang jalan kita disuguhi dengan pemandangan yang indah. Kawasan ini dikelilingi semacam sungai dengan air yang bersih dan sekelilingnya ditumbuhi oleh pepohonan hijau dan beberapa bunga. Pokoknya tempat ini wajib didatangi sih.
Salah satu taman di Imperial Palace

Jembatan Nijubashi
Tokyo Station
Note: kalo dari Tokyo Station lumayan jauh jalannha sekitar 10 menit. Jadi klo sudah beli Subway Ticket lebih baik pake subway karena hanya 2 menit dengan jalan kaki. Ada 3 Line  yaitu Line Chidoya turun di Nijubashime; Line Hibiya turun di Hibiya atau Line Yurakucho turun di Sakuradamon.

Shibuya
Dari Imperial Palace kami balik ke Tokyo Station lalu naik kereta menuju ke Shibuya. Apa yang bisa dilihat di Shibuya?? Yep.. tentu saja patung Haciko dan Shibuya Crossing. Sapa yang tak kenal dengan patung anjing yang melegenda ini? Kisah nyata dari seekor anjing yang sangat setia bahkan sampai tuannya meninggal. Itu kenapa para penduduk sekitar Shibuya beramai-ramai menyumbang untuk membangun patung Haciko dari perunggu. Saking terkenalnya tempat ini tidak pernah sepi sehingga agak sulit untuk mengambil foto. Jadi mungkin akan lebih baik kalo datang lebih pagi.
Haciko
Haciko

Shibuya Station
Dari patung Haciko kami pun membaur dengan kerumunan orang yang lalu lalang diperempatan Shibuya yang juga terkenal diseluruh dunia. Ada sensasi sendiri bisa merasakan menyatu dengan orang yang bergerak begitu cepat dipenyeberangan ini. Semua orang sudah tau tempat ini sangat popular jadi tidak akan heran kalo kita nemu banyak orang berhenti ditengah jalan untuk mengambil gambar atau video. Beberapa bule juga tampak berseliweran bolak-balik demi mengambil gambar yang terbaik. Gak puas liat dari bawah akhirnya setelah ke Disney Store kami balik ke Shibuya crossing dan naik ke lantai 2 Starback untuk melihat lebih jelas bagaimana keriuhan jalan ini saat tanda lampu merah untuk kendaraan menyala dan lampu hijau buat pejalan kaki. Mungkin karena memang belum jam pulang kerja jadi belum sepadat di video-video yang saya lihat di youtube. Katanya sih semakin malam jalanan ini akan semakin ramai. Tapi gak ada waktu unutk menunggu malam karena saya harus segera ke Harajuku.
Shibuya Crossing dari Starback
Shibuya Crossing

Harajuku
Dari Shibuya kami naik JR lagi menuju ke Harajuku yang letaknya memang tidak terlalu jauh bahkan sebenarnya bisa jalan kaki. Sampai di Stasiun Harajuku kami langsung keluar dan menuju ke Takeshi Street tempat teramai di Harajuku untuk melihat anak muda yang berpenampilan mentereng ala Harajuku style atau cosplay. Disini juga terdapat banyak penjual makanan, aksesoris , pakaian, sepatu (saya sempat membeli booth seharga 1500 yen doang) dan aneka barang lainnya. Disini juga ada Daiso yang terkena dengan berbagai macam barang murahnya, rata-rata hanya 100 yen (plus tax 8%). Salah satu makanan yang tak boleh dilewatkan yaitu menikmati jajanan crepes aneka rasa. 
Takeshi Street
Daiso
Toko Sepatu Murah
Takeshi Street di malam hari
Dari Takeshi Street kami lalu berjalan menuju ke Yoyogi Park namun kami hanya sambil lalu saja karena memang tempat ini menariknya saat musim Sakura. Kami terus berjalan memasuki kompleks temple Meiji Shrine. Kawasan temple ini juga ternyata sangat luas entah berapa ribu langkah kaki yang sudah saya lakoni hari ini. Berjalan masuk ke kompleks Meiji terpaksa hanya bisa pelan-pelan karena kaki mulai kesakitan. Masuk ke kawasan ini kita melewati gerbang yang sangat besar (tori) dan udara dingin namun segar langsung terasa. Karena sepanjang jalan di kiri kanan dipenuhi oleh pepohonan rimbun seperti masuk ke dalam hutan. Sangat berbanding terbalik dengan Takeshi Street yang penuh dengan hiruk pikuk, tempat ini justru sangat tenang dan damai. Ada banyak orang lalu lalang tapi tetap dalam suasana tenang, hanya gerombolan burung gagak yang memecah keheningan tempat ini. 
Gerbang Meiji Shrine
Tumpukan Shake
Wine in barrel
Sebelum sampai di kuli kita akan melewati sebuah tempat yang sebelah kanannya dihiasi dengan berbagai jenis shake dan sebelah kirinya barel berisi wine. Sebenarnya ada sejarahnya juga tapi panjang jadi mari ambil foto aja. Nah jika jalan terus kita akan sampai di kuil. Disana kita akan melihat ada berbagai aktivitas, mulai dari mencuci tangan sebelum masuk ke kuil, lalu sampai dibangunan utama kita akan menemukan orang-orang yang lagi sembahyang, dan melipir ke sisi kanan dari bangunan ada tempat untuk menggantu doa dan harapan yang dituliskan pada sebuah kayu (ema). Jika menyeberang ke sebelah bangunan tampak orang yang sedang antri untuk membeli jimat atau omamori. Karena hari semakin sore dan sudah hampir sunset kami segera keluar dari tempat ini dan berjalan kembali ke Stasiun Harajuku menaiki train yang menuju ke Shinjuku.
Ritual Cuci Tangan dan bersih-bersih
Meiji Shrine
Shinjuku
Turun di stasiun Shinjuku bangunan tinggi dengan lampu warna-warni langsung mengelilingi kita. Tidak heran memang karena Shinjuku merupakan distrik pusat bisnis di Jepang jadi selalu ramai. Sebenarnya ada banyak tempat yang bisa dieksplore disini tapi karena sudah kelelahan berjalan kaki jadi kami langsung menuju ke Tokyo Observatory Deck yang  merupakan tujuan utama kami karena ingin melihat kota Tokyo dari ketinggian. Masuk ketempat ini tentu saja gratis. Namun ternyata dari stasiun Shinjuku tempat ini masih lumayan jauh menambah siksaan pada kaki.
Tokyo Observatoy Deck
Sunset 
Sesampai di gedung ini kami langsung masuk diantrian orang-orang menuju ke lantai paling atas. Saat kami didalam lift perubahan tekanan udah begitu terasa saat mendekati lantai teratas, telinga tiba-tiba mendengung seperti saat di pesawat. Keluar dari lift ternyata sudah ramai dengan pengunjung yang lain, tapi tenang saja disini ada beberapa jendela kaca tempat kita melihat kota Tokyo. Meskipun agak telat sampai disini, tapi tetap senang karena masih bisa melihat pergantian pemandangan kota Tokyo mulai dari sunset (day view) sampai dengan malam hari dan berubah jadi city of lights (night view). Dilantai ini juga ada toko Hakuhinkan yang menjual berbagai macam souvenir (meskipun gak murah-murah amat), jadi bisa sambil cuci mata. Karena sudah lelah akhirnya kami juga makan di restoran tempat ini (yang pada akhirnya saya seseali). Harganya mahal (2200 yen) dan rasanya tidak nikmat dilidah. Meskipun dihiburan dengan omongan “we paid for the place, not for the food” tetep aja nangis bombay deh…. 
Day view dari Observatory Deck
Night View dari Observatoy Deck
Dari Shinjuku kami langsung balik ke penginapan. Lelahnya kaki sudah tidak tertahankan beruntung di penginapan ada pijat kaki otomatis jadi setelah mandi-mandi langsung duduk manis di depan mesin pijat ditemani secangkir teh hijau panas gratis. Selesai dengan pijetan dan mulai merasa baikan, waktunya tidur recharge diri sebelum melanjutkan petualangan hari esok.

Note: Sebaiknya pake subway karena sebelahan sama stasiun subway. Naik Line Oedo dan turun di Tochome.


Tips:
1.      Sebelum beli tiket pass (Tiket Subway atau JR Pass) susun itinerary dengan matang supaya bisa memaksimalkan semua kartu. Dan kalo sudah beli jangan sampai hilang
2.      Jangan lupa instal aplikasi “Tokyo Subway Navigation” kalo beli Ticket subway atau “Japan Rail Map” beli beli pass untuk JR, karena ini sangat membantu biar kita tidak kebingungan naik train.
3.      Hyperdia aplikasi yang wajib karena menyediakan informasi tentang kereta, pesawat, dan bus di Jepang lengkap dengan lama perjalanan, harga tiket dan tempat transit. Aplikasi ini juga membantu kita untuk mengetahui alternative termurah menuju suatu destinasi.
4.      Kalau mau foto yang lumayan bagus di patung haciko mungkin sebaiknya datang agak pagian atau sekalian malam.
5.      Kalau mau lihat perbedaan pemandangan Tokyo siang dan malam di observatory deck, datanglah sebelum matahi terbenam. Jika hari cerah kita bisa melihat gunung fuji dati tempat ini.
6.      Kalo bingung di stasiun selalu cari exit gate disana ada petugas yang bahasa inggrisnya lumayan bisa dimengerti ketika memberi petunjuk.

  Pengeluaran H-2
Jumlah
  Tiket dari Airport
630
  JR one day
760
  Onigiri 
150
  Ramen
498
  Dinner
2200
  Total
4238 (Rp. 491.608)





If you think travelling solo means you will be alone all of the time, you’re wrong. Meeting new people is one of the best parts of backpacking around the world, and you will have no problem doing it either. So don’t let fear of being alone stop you from travelling solo!

8 comments:

  1. Menakjubkan..meski gak kesana membaca tulisannya sudah seperti berada disana. Terima kasih sudah mau berbagi. Teruslah melangkah ya, dan bagikan cerita langkahnya..sehat terus ya! Dan semoga rejekinya selalu lancar, biar bisa lebih jauh lagi langkahnya, dan mkin banyak ceritanya. Seperti katamu..tinggalkan jejak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasihhh motivasinya hehe doain aja biar banyak berkat jd bsa keliling dunia.

      Delete
  2. Hebat banget bisa ke Jepang sendiri. sudah intip instagramnya juga bagus banget foto-fotonya. Semoga suatau hari punya keberanian juga solo backpack

    ReplyDelete
  3. Makasih udah mampir mba indri. Yukss solo trip tapi akunha diajak juga hahaaa

    ReplyDelete
  4. Hallo mba! mau tanya, beli JR pass untuk seharian dimana yah? dan apa bisa dipakai seluruh jalur JR? Tks :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa beli di mesinnya langsung mba di setiap stasiun. Ada pilihannya pake english kok jd gampang milihnya.

      Delete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. Thi thử IELTS trên Testuru để được trải nghiệm bài thi IELTS thực tế
    Và được đánh giá chuyên sâu trình độ IELTS của bạn một cách nhanh chóng và chính xác với ứng dụng của testuru

    ReplyDelete

Powered by Blogger.